Selasa, 07 April 2009

"...kembali menunggu"


Beberapa hari terakhir ini, dia mulai sering menunggu. Mulai dari menunggu derai hujan yang menimpa atap berdenting lebih lemah dan jarang, menunggu gelembung-gelembung air panas yang meletup di atas panci saat akan membuat teh, menunggu iklan di TV berganti dengan sinetron, menunggu seterika panas, menunggu kukunya lebih panjang untuk di rapikan, hingga menunggu tanggal baru datang untuk bisa mengambil jatah bulanan. Tapi menunggunya menunggu serpihan rasanya menyatu membentuk kisah yang utuh, adalah hal yang paling membuat kesal.
Aku lupa hari, tanggal dan jam pastinya, seakan ini tentang sesuatu yang muncul secara misterius dari sebuah tongkat sulap atau sebuah tanda yang tiba-tiba hadir tanpa pertanda, saat menunggu mulai mengambil satu ruang dalam sadarnya, menjelma sebagai realita baru yang harus dijalaninya setiap waktu. Menunggu membuat waktu begerak sangat lambat dalam dunianya.
Dia mulai bosan...kakinya bergerak tanpa henti, menghentak lantai tanpa irama, jemarinya menari, ketuk meja tanpa ritmik yang harmonis.
“Masih lama?” tanyaku. Usir jauh jalar kebosanan yang mulai hinggap, resah menguntitku gelisah.
Kedua bahunya terangkat dengan malas, terpaku pandang ke satu-satunya pintu masuk yang terus menua menunggu pengunjung yang singgah untuk menunggu.
Perempuan ini, pemain sandiwara sempurna, tegar polesi rapuh dengan tegasnya kata, riang himpit sedih dengan ukiran tawa. Aku, penonton yang menggilainya, takjub menyemat, sindir rinduku sering.
Hening...geraknya terhenti, degupku ikut melambat. Inikah waktunya...??
“Aku pulang...”
Kataku tersekat, rasa menyengat panik. Sendu iringi setipis senyum di bibirnya.
”..atau kita menjemputnya?”
Dia menggeleng.
”...Aku berhenti” lelah gelayut manja di ujung desahnya. Geram membuncah, rutuki bayang retak yang tak pernah jelas buatku.
”....menunggu siapa?” Aku ingin tau, pelakon di balik kisah menunggu ini. Sesuatu tak pernah hadir tanpa pertanda. Geraknya hanya loncatan diantara pijakan yang diciptakan untuknya.
Dia berbalik sesaat sebelum beranjak pergi. Bukan urusanku...dia memberitahuku jelas dari kerutan di dahinya. Dia terdiam, lama...tapi Aku tetap menunggu jawab.
”Aku berhenti...menunggumu!!” ujarnya sebelum berlalu pergi. Terhenyak sadarku, ruang waktu menyatu, kilasan cerita balikkan sesal yang telantarkan rindu.
Ahhh...derai hujan berganti rintik, air panas di panci habis menguap, sinetron berakhir “to be continued”, panas seterika hanguskan baju, kukunya habis dipangkas sebelum bertumbuh, bahkan jatah bulanan di panjar sebelum waktunya. Kisah ini usai. Waktu berjalan sangat lambat di duniaku. Aku menunggunya kembali menunggu...

6 komentar:

iphenk mengatakan...

Assalamualaikum...great post kanda...i do really like this post..
what a wonderful writing style..consistance...
i'm waiting too...
menunggu jari jemari mu kembali memainkan keybord...hehe...

Amey mengatakan...

nice k' bul!

ckckck...

bakat mbuat novel setara andrea nih.
aku menunggu di gramed y!
hehe...

bulqiss mengatakan...

sa sa sa
hontoni SUGOo..iiii..!!

ay jg mw mnunggu ah kanda..
mnunggu Gratisan maksudnya..
hehehehe

bulqiss mengatakan...

sa sa sa
hontoni SUGOo..iiii..!!

ay jg mw mnunggu ah kanda..
mnunggu Gratisan maksudnya..
hehehehe

Anonim mengatakan...

Aku menunggu kunjungan balasanmu :) hehehhe

Alay Qid mengatakan...

ada ada aja..