Sabtu, 02 Mei 2009

"Red Code"...jatuh cinta

Dia duduk di sudut kamarku, tersenyum dengan barisan giginya yang rapi. Saat itu, setengah kantuk, mataku terpicing ke arahnya, hentak sadarku, gaduh ku terpaksa menekan alarm waspada "red code". Aku yakin sedang bermimpi, tarik selimutku, bungkus tubuhku rapat, risau kudekap gelap.
...2 menit, 3..4..7 menit, 10 menit...sesak, singkap selimutku sebatas dagu. Argghhh...dia masih di sana, kali ini diam menatapku, beku membuatku kaku. Aku tertangkap, lengah terjebak perangkap.
Saatnya bangun, masa lalu mengajariku tak mungkin lari darinya. Rasa ini...

"Kali ini, akan tinggal berapa lama?" titip sesal, kesal di akhir kalimatku.
"Tergantung..." dia kali ini berdiri di sisiku.
"Kau membiarkanku masuk, Sayang..." dia menyentuh pipiku. Semburat pagi tergambar di sana. Aku hanya mengangguk, tak ingin meraih tangannya ataupun menepisnya. Aku mengakuinya. Kemarin pintu itu terbuka lebar, enggan kututup, entah lupa atau sedang tak ingin. Aku tak ingat lagi. Hirauku angkuh 'tuk tepis angin yang jatuhkan dedaunan kering. Entah kapan, dia datang dan mulai mengumpulkan daun-daun itu, menjadikannya sarang, memamahnya, pesat bertumbuh, besar...besar...terlalu besar untuk akhirnya menghimpitku, mengangkatku dan melemparku ke dinding. Lebih dari cukup untuk membuatku menyadari keberadaannya.

"Aku tak memintamu tinggal," ujarku pelan. Ku gigit bibir bawahku.
Dia tak pernah butuh undangan untuk datang, izin untuk tinggal, ataupun lambaian tangan untuk mengantarnya pulang. Hening, untuk sejenak tak bergeming.
Aku mengenal situasi ini, pilihan lintasan-lintasannya, rambu-rambu jalannya, kapan melaju, melambat ataupun berhenti. Tapi, tetap saja ada bekas luka, parutan panjang di betis, goresan di lengan, lebam di bawah mata. Mungkin Aku tertidur saat berjalan, menabrak pembatas jalan, tubruk sapi-sapi menyeberang, ataupun bergesekan dengan kendaraan lain. Ini indah, tapi tawa riang tak sisakan parut, isak luka yang jelas membekas.

Gusar..ku tinggalkan tempat tidur, kran air terbuka, cuci muka, sikat gigi...tanggung, skalian mandi saja, bersihkan sisa-sisa cerita lalu yang lekat.
"Hakhahahahahhaa..." tawaku ledak. Tak ada gunanya lari, tak izinkan sesali diri. Rasa itu di luar sana menungguku, membentuk sesosok rupa yang akan menemaniku jemput pagi, temani mimpi, hantar tidur...mulai esok.

Saatnya..untuk "jatuh cinta" lagi.
Fiuhhh...

6 komentar:

Amey mengatakan...

hehehe....

sdh lama tak jatuh cinta lagi.

kpn ya, semburat pagi itu dtng lagi????

slmt menikmati jalur2 itu kak...
jgn mpe kesasar ya...hehe

Skydrugz mengatakan...

Haruskah sapi ditabrak untuk keindahan cinta?(pertanyaan sampah)

ceritanya bagus. Metafora berhamburan.

Alay Qid mengatakan...

saatnya untuk jatuh cinta lagi..

hihi..kalimat yang menarik..
seolah jatuh cinta bisa diatur, padahal..siapa tentukan kapan saatnya cinta datang...?^^

Amey mengatakan...

@skydrugz: bnr2 prtanyaan yg aneh...~_~
@ngelantur boy:
spakat. cinta sulit dikendalikan..hwehehe...
just choose, enjoy it, or get drown on it.

Skydrugz mengatakan...

@Ame: itu pertanyaan satir

Amey mengatakan...

ada yg tau "satir" itu apa?